PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT DAN LAMA PENGENDAPAN TERHADAP MUTU SARI TEMULAWAK INSTAN
Abstract
Bawang merah (Allium ascalonikum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak setelah cabai. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang merah juga dijual dalam bentuk olahan seperti bawang goreng. Pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng akan mempermudah konsumen dalam penggunaannya. Mengingat kepraktisan penggunaan bawang goreng dan dapat memperpanjang masa penggunaanya maka banyak bermunculan pedagang bawang goreng. Namun seiring dengan berjalanya waktu muncul kebutuhan, teknik pengolahan dan pengawetan bawang goreng. Ketengikan dapat di hambat menggunakan antioksidan seperti BHT (Butylated hidroxytoluene), untuk itu dirasa perlu untuk meneliti pengaruh konsentrasi BHT dan lama penyimpanan terhadap mutu bawang goreng.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Agroindo, 2010. Perancang Mesin Peniris Minyak. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Anonim. 2007. Cucumber Salad With Watermelon: What's Coookin'. diakses dari: http://healthcorner.walgreens.com/display/1361.htm . diakses tanggal 15 Maret 2008.
Batty, J.C., 2000. Food Engineering Fundamentals. John Wileyand Sons. Canada
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, No. 38, 2013. Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antioksidan.
Badan Standard Nasional Indonesia, No. 7713, 2013. Persyaratan Mutu Bawang Merah Goreng
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta
Keputusan Menkes RI No. 715, 2003. Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga.
Lavi, N., 2009. Tabir Surya Bagi Pelaku Wisata. SMF Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 82 hal.
Raharjo, Sri. 2004. Kerusakan Oksidatif Pada Makanan. Pusat Studi dan Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Rodrigues A., Fogliano V., Graziani G., Mendes, S., Vale, A. And Goncalves, C. 2003. Nutrition Value of Onion Regional Varieties in Northwest Portugal. EJEAFChe 2(4):519-524
Rowe, R.C., Sheskey, J.P., Weller, J.P, 2003. Handbook of pharmaceutical Excipients 4 th Edition, Pharmaceutical Press, London, pp. 324-324, 354-355, 508-509, 641.
Rukmana, R. 2002. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 68 hal.
Samadi, B., dan B. Cahyono. 2005. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sartono. 2009. Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Intimedia Ciptanusantara. Jakarta Timur. 57 hal.
Sudarmadji S. Dan B. Haryono. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sumadi. 2003. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 80 hal.
Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 132 hal
Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang Merah. Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta.
The National Agricultural Library. 2015. National Nutrient Database for Standard Reference. Diunduh 20 Januari 2015 http://ndb.nal.usda.gov.
Wibowo, S. 2005. Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta: Penebar Swadaya. hal: 17-23.
Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.