PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT ALAM PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP MARSHALL PROPERTIES

Gunawan Tarigan

Abstract


Agregat sebagai bahan utama dalam pembuatan campuran aspal beton dapat berasal dari bahan buatan yang diperoleh dari stone crusher (batu pecah) dan dapat pula digunakan agregat yang berasal dari batuan alam yang memenuhi persyaratan teknis. Agregat buatan mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan mengikat sementara agregat alam umumnya mempunyai tekstur permukaan yang licin sehingga dapat saling mengikat tidak sebaik material buatan. Dikarenakan hal tersebut, maka peneliti mencoba untuk meneliti penggunaan agregat alam sebagai bahan campuran dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan material alam dalam campuran aspal beton. Dalam penelitian ini, campuran untuk benda uji yang dibuat dipadatkan dengan kepadatan tertentu yaitu dengan 2 x 75 pukulan dalam percobaan marshall dengan variasi aspal dan persentase agregat alam. Kadar aspal yang digunakan untuk berbagai persentase variasi agregat digunakan kadar aspal optimum dengan menggunakan agregat pecah seluruhnya. Maka dibuat 15 benda uji menggunakan 100% batu pecah dengan memvariasikan kadar aspal mulai dari 4.5% - 6.5% dengan penambahan 0.5%. Untuk pengujian sampel dengan menggunakan agregat alam, dipakai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang telah didapatkan. Jadi untuk masing– masing kadar agregat alam yaitu 5%,10%,15% dan 20% pada kadar aspal optimum dibuat 3 benda uji. Untuk marshall sisa dibuat 12 benda uji. Sehingga keseluruhan ada 39 benda uji. Bahan-bahan yang  digunakan pada penelitian ini berupa agregat dari sungai Selayang dicampur dengan aspal pen 60/70 Dan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum, April 2005. Kadar aspal optimum diperoleh sebesar 5,229% digunakan untuk variasi agregat alam sebesar 5%, 10%, 15% dan 20 % . Hasil dari percobaan diperoleh bahwa seiring bertambahnya agregat alam pada campuran ternyata terjadi penurunan stabilitas, menaikkan nilai VMA, cenderung memperbesar rongga, menurunkan nilai VFA, penurunan nilai flow, Marshall Quoetient semakin rendah dan durabilitas semakin rendah.

Full Text:

PDF

References


Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Devisi Pekerjaan Aspal. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979. Konstruksi Jalan Raya dan Jalan Baja, Jakarta.

http://digilib.petra.ac.id.10-02-2010. Campuran Aspal Panas (Hot Mix).

http://en.wikipedia.org/wiki/Asphalt_concrete. 16-05-2010. Aspal Beton (Laston).

http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/SNI/isisni/Pd%20T-05-2005-B.pdf. 14-04-2010. Pedoman perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan metode lendutan.

Laboratorium Rekayasa Jalan Raya UISU 2006. Modul Praktikum Mix Design

(Perencanaan Campuran Beraspal), Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil UISU Medan.

Silvia, Sukirman, 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung

Tenriajeng, Andi Tenrisukki. 2002. Laston Sebagai Bahan Alternatif Pada Pekerjaan Pelapisan Jalan. Jurnal Konstruksi dan Desain. Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Universitas Gunadarma.

Widari, Sri, 2008, Laporan Praktikum Jalan Raya Periode XLVII. Dep.Tek. Sipil FT. USU.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Gunawan Tarigan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Prosiding Seminar Nasional Teknik UISU (SEMNASTEK)

Fakultas Teknik - Universitas Islam Sumatera Utara
Jl. Sisingamangaraja, Teladan, Medan 20217

Website: https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/semnastek
Email: p.ilmiah@ft.uisu.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Teknik UISU (SEMNASTEK) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License